Text
SKRIPSI PENGARUH KOMUNIKASI, KEMAMPUAN KERJA DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KEBERHASILAN SOSIALISASI UU NO 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DI KANTOR DIPENDA TINGKAT II KABUPATEN MAGELANG DAN DI KANTOR DIPENDA TINGKAT II KODYA MAGELANG
Proses pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan tidak saja memerlukan keahlian dan ketrampilan serta fisik yang memadai di bidang ekonomi, sosial namun juga perlu ditunjang oleh tingkat keselarasan, kesesuaian dan keseimbangan diantara keduanya bukan hanya untuk suatu golongan atau sebagian masyarakat melainkan harus merata dan benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat sebagai perbaikan dan tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan.
Perencanaan pembangunan yang bagaimanapun idealnya apabila disertai keahlian, kemampuan yang baik dan tepat untuk menunjukkan pelaksanaan pembangunan maka akan menemui kemacetan atau bahkan kegagalan. Proses pembangunan yang ideal apabila merupakan perubahan sosial, budaya pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung pada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya ditunjukkan sebagai usaha pemerintah belaka.
Pada hakekatnya pembangunan harus memerlukan pengetahuan dan keahlian yang baik, karena pembangunan tanpa dilandasi adanya tenaga-tenaga ahli atau tenaga skill di bidangnya maka akan mengalami kemerosotan atau bahkan berakibat fatal.
Dalam rangka memperluas pemerataan dan kesempatan kerja, peningkatan dan perlindungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan pokoknya yang sifatnyaa menyeluruh di semua faktor. Dalam hubungan program-program pembangunan sektoral maupun regional perlu mengusahakan kesempatan kerja sebanyak mungkin. Selanjutnya perlu diambil langkah-langkah di berbagai sektor serta koordinasi yang terpadu untuk membina dan mengembangkan kemampuan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah apa ada hubungan yang signifikan antara variabel komunikasi, kemampuan kerja dan kepemimpinan terhadap sosialisasi UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah di kantor DIPENDA tingkat II Kabupaten Magelang dan di kantor DIPENDA tingkat II Kotamadya Magelang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh komunikasi, kemampuan kerja dan kepemimpinan terhadap sosialisasi UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah.
Hipotesa yang diajukan adalah:
1. Hipotesa mayor: ada pengaruh komunikasi, kemampuan kerja dan kepemimpinan terhadap sosialisasi UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah.
2. Hipotesa minor:
a ada pengaruh antara komunikasi terhadap sosialisasi UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
b. ada pengaruh antara kemampuan kerja terhadap sosialisasi UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
c. ada pengaruh kepemimpinan terhadap sosialisasi UU no 2 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian explanatory, sedangkan alat pengambilan data dengan menggunakan teknik observasi dan questioner. Populasi sampling meliputi separuh dari pegawai baik di lingkungan kantor DIPENDA tingkat II Kabupaten Magelang maupun di lingkungan kantor DIPENDA tingkat II Kotamadya Magelang.
Sumber datanya adalah sumber data primer dan sekunder untuk menganalisa data dan pengujian hipotesa digunakan rumus statistik product moment, korelasi partial, korelasi majemuk atau ganda, korelasi determinasi, F-test dan simple randomized design.
Adapun hasil analisa statistiknya adalah sebagai berikut:
1. Dari perhitungan korelasi product moment dapat dibuktikan bahwa komunikasi berpengaruh terhadap sosialisasi. Hal ini terbukti setelah r hasil yaitu raly dikonsultasikan dengan r-tabel teoritis dengan db = N, yaitu 49 untuk kabupaten, r-tabel dalam daftar = 0,281 dan r hasil 0,707 maka r xly lebih besar dari r-tabel, yaitu (0,707 0,281). Hal ini berarti ada korelasi signifikan antara komunikasi dengan sosialisasi. Sedangkan untuk kotamadya db N yaitu 31, r-tabel dalam
daftar 0,355 dan r hasil 0,409 maka raty untuk kotamadya lebih besar dari r-tabel yaitu (0,409 0,355). Hal ini berarti ada korelasi signifikan antara komunikasi dengan sosialisasi.
2. Dengan korelasi product moment dapat dibuktikan bahwa ada hubungan antara kemampuan kerja dengan sosialisasi. Hal ini terbukti setelah r hasil yaitu rzy dikonsultasikan dengan r-tabel teoritis dengan db = N yaitu 49 untuk kabupaten. r-tabel dalam taraf signifikan 5% adalah 0,281 sedangkan r hasil 0,642 maka rx2y lebih besar dari r-tabel yaitu (0,642 lebih besar dari 0,281). Hal ini berarti ada korelasi signifikan antara kemampuan kerja dengan sosialisasi. Sedangkan untuk kotamadya db = N yaitu 31, r-tabel dalam daftar 0,355 dan r hasil 0,355 maka 1x2y untuk kotamadya lebih besar dari r-tabel yaitu (0,555 0,355). Hal ini berarti ada korelasi signifikan antara kemampuan kerja dengan sosialisasi.
3. Dengan korelasi product moment dapat dibuktikan bahwa ada hubugan antara kepemimpinan dengan sosialisasi. Hal ini terbukti setelah r hasil yaitu rx3y dikonsultasikan dengan r-tabel dalam taraf signifikan 5% adalah 0,281 sedangkan untuk kotamadya db = N yaitu 31, r-tabel dalam daftar = 0,355 dan r hasil = 0,407 maka rx3y untuk kotamadya lebih besar dari r-tabel yaitu (0,407 lebih besar dari 0,355). Hal ini berarti ada korelasi signifikan antara kepemimpinan dengan sosialisasi.
4. Dari perhitungan korelasi partial dapat dibuktikan bahwa komunikasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sosialisasi, setelah mengontrol variabel kepemimpinan. Hal ini terbukti dari perhitungan F-test yang hasilnya menunjukkan 10,831 untuk kabupaten dan lebih besar dari r-tabel yaitu (10,831 lebih besar dari 2,81). Sedangkan untuk kotamadya 0,439 dan lebih kecil dari r-tabel yaitu (0,4392,96). Ini berarti komunikasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap sosialisasi setelah mengontrol variabel kepemimpinan.
5. Dari perhitungan korelasi partial dapat dibuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan kerja dengna sosialisasi setelah dikontrol dengan variabel komunikasi. Hal ini terbukti dari perhitungan F-test yang hasilnya menunjukkan lebih besar dari r-tabel pada taraf signifikan 5% yaitu (5,34 lebih besar dari 2,81) untuk kabupaten. Sedangkan untuk kotamadya (5,491 lebih besar dari 2,96).
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain