Text
SKRIPSI HUBUNGAN KEKUASAAN DALAM NOVEL NAMAKU ALAM KARYA LEILA S. CHUDORI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ANTONIO GRAMSCI DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
Penelitian ini dilatarbelakangi keberagaman ideologi dan interaksinya dalam novel Namaku Alam karya Leila S. Chudori. Keberagaman dalam novel tersebut dapat memberikan gambaran tentang cara individu bertindak dan menilai sesuatu karena ideologi memang berfungsi sebagai pandangan hidup manusia. Gramsci menjelaskan sastra adalah bagian dari dunia gagasan yang memuat ideologi di dalamnya. Ideologi-ideologi ini kemudian saling berinteraksi dan menciptakan dinamika hubungan antarideologi yang saling berkorelasi, bersubordinasi, maupun berkontradiksi. Dalam dinamika hubungan ideologi tersebut, terdapat proses pemertahanan kekuasaan ideologi dominan terhadap ideologi subordinat. Pemertahanan tersebut dapat dilakukan dengan cara kekerasan (dominasi) maupun negosiasi (hegemoni). Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah formasi ideologi dan hubungan kekuasaan dalam novel Namaku Alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan formasi ideologi dan hubungan kekuasaan dalam Novel Namaku Alam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori sosiologi sastra Antonio Gramsci. Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini berupa novel Namaku Alam karya Leila S. Chudori (objek material) dan sosiologi sastra Antonio Gramsci (objek formal). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Namaku Alam. Metode dan teknik penyediaan data penelitian ini berupa studi pustaka, close reading, dan pencatatan. Metode dan teknik analisis penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif dan teknik analisis isi. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktik hegemoni terlihat dari interaksi antarideologi tokoh-tokoh novel Namaku Alam kaya Leila S. Chudori. Dalam interaksi antarideologi tersebut, hubungan yang terjalin antara ideologi liberalisme (didukung humanisme) selaku ideologi subordinat dan otoritarianisme (didukung etnosentrisme) selaku ideologi dominan ialah saling bersubordinasi. Formasi dan interaksi antarideologi yang saling bersubordinasi ini menggunakan cara-cara negosiasi yang sudah dibentuk atau didoktrin lebih dulu sehingga secara sukarela ideologi subordinat mencapai konsensus terselubung dengan ideologi dominan. Artinya, kekuasaan otoriter tidak hanya dipertahankan melalui kekerasan, tetapi juga melalui pengaruh ideologis yang membentuk kesadaran kolektif.
Tidak tersedia versi lain