Text
PAPER PENGELOLAAN TUMPANGSARI KEDELAI (Glicine max, L. Merrill) DAN JAGUNG (Zea mays, L.) PADA LAHAN KERING
Tanaman kedelai (Glycine max, L. Merrill) diduga berasal dari kedelai liar China, Manchuria dan Korea serta mulai dilaporkan pada zaman Rumphius. Tanaman jagung (Zea mays, L.) mula-mula ditemukan orang di gua-gua di New Meksiko, yang diperkirakan telah berumur 4500 tahun. Apabila dalam suatu daerah cocok untuk tanaman kedelai, berarti daerah tersebut cocok juga untuk ditanami tanaman jagung.
Tanaman kedelai dan jagung mempunyai botani yang berbeda. Perakaran akar kedelai mampu tumbuh sedalam 150 cm, sedang akar tanaman jagung hanya mampu tumbuh sedalam 25 cm. Pertumbuhan batang kedelai menjalar atau tegak dengan ketinggian 30 100 cm, sedang tanaman jagung tumbuh lurus ke atas dan bisa mencapai ketinggian 250 cm. Dengan bentuk helaian daun jagung memanjang dengan ujung daun meruncing tidak menaungi tanaman di bawahnya, sedang tanaman kedelai berdaun majemuk mampu menyerap sinar matahari sebanyak-banyaknya. Dengan melihat botani tersebut, maka tanaman kedelai dan jagung dapat ditumpangsarikan.
Tumpangsari adalah kegiatan penanaman lebih dari satu jenis tanaman yang ditanam serempak dalam satu lahan dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian atau pendapatan petani. Pelaksanaan pola tanam dengan sistem ini dilakukan untuk mengatasi berbagai keterbatasan pada lahan pertanian.
Pada lahan kering tingkat hasil kedelai per hektar lebih rendah dibanding lahan bekas sawah, namun berdasar percobaan tingkat hasil lebih tinggi di lahan kering. Kendala utama pada lahan kering yaitu kesuburan, kemasaman dan keracunan mineral. Dengan penanaman secara tumpangsari antara tanaman kedelai dan jagung dengan pengelolaan yang baik diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman.
Pengelolaan tumpangsari tanaman kedelai dan jagung pada lahan kering meliputi tindakan-tindakan sebagai barikut: pengolahan tanah, waktu dan jarak tanam, pengapuran, inokulasi, pemupukan serta pengendalian hama penyakit tanaman. Keuntungan dari sistem tumpangsari yaitu pemakaian tenaga kerja yang erektif, pemanfaatan lahan dan sinar matahari lebih efisien, menghindari resiko kegagalan dalam usaha tani, mempertahankan kesuburan tanah, menghindari serangan hama penyakit tertentu serta kebutuhan akan gizi mudah dicapai.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain