Text
SKRIPSI ANALISIS KRIMINOLOGI DELIK PENGULANGAN TINDAK PIDANA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF ANOMIE
              ABSTRAK 
Hukum selalu tertatih-tatih mengejar peristiwa yang seharusnya diaturnya, termasuk dalam peradilan pidana anak. Integrasi kajian hukum pidana dan kriminologi diperlukan untuk mengejar perkembangan ini guna mewujudkan keadilan seadil-adilnya di dalam masyarakat. Paradigma ini diuji melalui kasus pidana anak AKK, seorang anak berusia dua belas tahun yang telah melakukan pencurian dengan pemberatan setidaknya sebanyak tiga puluh satu kali. Anomie, sebuah teori kriminologi termahsyur, tampaknya menjadi penjelasan paling tepat atas ekstremnya kondisi di kasus ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji teori anomie dalam menjelaskan fenomena residivisme ekstrem pada anak. Sebagai penelitian sosio-legal, atau yuridis empiris, pendekatan sosiologis kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data empiris guna menganalisis kasus ini secara komprehensif. Anomie berhasil menjelaskan bagaimana tindak kriminal ini bermula dan terus berulang. Perubahan mendadak, dalam hal ini perceraian orang tua dan kemerosotan ekonomi keluarga, menjadi faktor pemicunya. Anak tersebut kemudian mengalami keadaan normlessness (keruntuhan norma) dan detachment (keterasingan), dua faktor utama dalam anomie, yang secara signifikan berkontribusi terhadap tindakan pencurian pertama. Hal ini menciptakan siklus perilaku menyimpang yang semakin menguat: semakin banyak kejahatan yang dilakukan, semakin dalam anak tersebut terperosok dalam keadaan ini, sehingga semakin mendorongnya untuk terus melakukan tindakan menyimpang. Seiring berkembangnya teori ini, ditemukan bahwa anak tersebut melakukan pencurian sebagai bentuk inovasi karena ia tidak memiliki akses atau kemampuan untuk mencapai tujuan sosial yang diterima secara legal. Masalah ini semakin memburuk karena status sosial anak terus menurun seiring dengan meningkatnya jumlah kejahatan yang dilakukannya. Perkembangan terbaru dalam teori anomie juga menunjukkan bahwa aktivitas sehari-hari anak, karena banyak bersinggungan dengan teknologi, semakin memperparah kondisi normlessness dan detachment yang sebelumnya telah ada dalam dirinya. Berdasarkan analisis ini, diperlukan intervensi dari pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat sekitar untuk memutus siklus anomie ini dan menghentikan residivisme anak tersebut. 
Kata Kunci: Anomie, Residivisme, Pidana Anak, Penelitian Yuridis Empiris
            
Tidak tersedia versi lain